Immediate Journey

Perjalanan ini kita mulai begitu saja. Kita tak pernah tau persis kapan ini kita awali. Tidak pernah ada ketentuan waktu yang pasti. Kita juga tidak berusaha menentukannya. Hanya terjadi saja. Hanya karena kita sama-sama tahu bahwa kita mau memulai perjalanan ini. Mungkin perjalanan ini tidak bisa dihitung oleh waktu khronos yang biasa kita ukur. Inikah waktu kairos karena kita juga tak pernah tau siapa yang menyelenggarakan perjalanan ini.
Entah karena kebetulan atau karena sama-sama tahu, kita modali perjalanan ini dengan sebuah kesepakatan yang tidak pernah kita ucapkan. Atau mungkin juga, kita bisa menyebutnya perjanjian, yang juga tidak pernah kita tulis. Kita sama-sama tahu perjalanan ini nyata sekaligus tidak nyata. Entah apa namanya, yang pasti kita sepakati saja perjalanan ini.
Tidak pernah ada definisi yang bisa kita buat untuk perjalanan ini. Perjalanan ini seperti tidak memiliki batasan. Tidak mempunyai subjek atau objek. Kita sama-sama menjadi predikat yang dihiasi banyak kata keterangan. Perjalanan ini menjadi sebuah kalimat yang tidak sempurna bukan? Tidak pernah bisa menjadi kalimat yang efektif. Dari ketidaksempurnaan ini kita berjalan bukan? Nyatanya tidak ada yang benar-benar sempurna. Kita hiasi saja perjalanan ini. Kita buat indah walau tidak akan pernah sempurna. Kita buat panjang, walau tidak akan pernah efektif. Karena cukup dikerjakan, cukup dilakukan, cukup kita.
Sebagai sebuah perjalanan, aku tahu, mungkin juga kamu tahu, tidak akan selalu mulus. Kita tetap orang yang berbeda yang selalu berjalan di dua sisi. Kita sama-sama sebagai pribadi. Kita punya diri yang harus dimengerti oleh diri kita sendiri. Diri yang juga harus dimengerti oleh kamu juga aku. Perjalanan ini kemudian punya kualifikasi tantangan tersendiri. Tinggal sejauh mana kakimu dan kakiku sanggup berjalan. Kuatkah engkau? Mungkin pertanyaan itu terkesan egois, akan lebih tepat pertanyaannya kita ganti, kuatkah kita? Sampai manakah kita akan melangkah? Akan jadi apa kaki-kaki ini nanti? Setidaknya saat ini kita berusaha melangkah.
Perjalanan ini kemudian akan membawa kita pada suatu durasi waktu dan panjang jarak. Tidak mungkin kita hidup di dunia ini tanpa ada kejelasan tersebut bukan. Mari kita tentukan bersama-sama. Mau kita ukur dengan apa waktu yang akan kita gunakan. Mau kita beri satuan seperti apa jarak yang akan kita tempuh. Sudah kehabisan kosa kata-kah kita sampai-sampai kita tidak bisa menempatkannya? Atau dunia ini tidak pernah punya tempat untuk menjelaskan perjalanan kita ini? Keterbatasan ilmu sains kah yang tidak bisa menjelaskannya? Lagi-lagi perjalanan yang tak punya awal ini bertemu dengan gelapnya akhir. Tidak ada jarak waktu. Tidak ada wilayah cakupan. Kita mencoba bersama bertahan. Bersama-sama menapaki apa yang mungkin bisa kita sebut sebagai "ketidakjelasan waktu". Saat kita tidak tahu kapan ini dimulai, kita tidak akan pernah tahu bagaimana ini harus diakhiri.
Tapi, bukankah ini menjadi sebuah infinitas yang selalu menjadi perdebatan? Bukannya kita mau ini tanpa akhir? Bukannya kita mau semua ini selalu berada dalam konteks perjalanan kita. Biarkan ini semua berjalan apa adanya. Tidak kita beri nama. Tidak kita beri judul. Tidak kita beri waktu. Tidak kita beri jarak. Biarkan perjalanan ini yang menentukan dirinya sendiri. Akhirnya kualifikasi itu hilang kan? Yang tersisa hanya kita. Kita menapaki perjalanan. Kita berjalan. Selalu kita yang berjalan. Terus berjalan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer