Memilih atau dipilihkan
Hidup ini tidak mengalir namun kita harus tetap melangkah. Entah disadari atau tidak waktu yang memaksa kita untuk tetap begitu. Kamu tidak bisa diam karena waktumu melangkah. Tidak ada pengandaian atau pun pengecualian, karena yang ada hanya realitas yang membuatnya seperti itu. Tidak ada konsistensi semua berubah, bahkan yang kamu sebut konsisten dipaksa berjalan dan tidak pernah berhenti. Lalu kita hanya bisa harus melangkah untuk berkembang atau kamu akan tertinggal dan tertekan. Ditambah, saat ini waktu tidak hanya memaksa kita melangkah, tetapi berlari. Yang menjadi pertanyaan kamu siap atau kamu tertinggal?
Kalau kita terus melangkah-atau bahkan berlari-kita memiliki rentang yang diciptakan oleh sang waktu yang kemudian bisa disebut perjalanan. Di dalam konsep perjalanan itu hanya terjadi 2 hal: kamu memilih atau kamu dipilihkan. Sebagai manusia, seakan ter-imprint di dalam diri kita bahwa hakikatnya adalah memilih, salah siapa? Mari kita anggap saja akal budi kita yang membuat kita memilih, walaupun saya tidak pernah menguji atau membuat penelitian ketat mengenai hal ini. Yang saya tahu, karena kemampuan akal budi ini saya mengetahui yang namanya pilihan dan saya harus memilihnya atau dipilihkan. Pernyataan saya murni subjektif. Jangan lupa para pemikir sudah mulai meragukan yang namanya objektivitas, maka saya sebut saja pernyataan saya tanpa ada kesepakatan secara umum. Lalu ke mana kita akan memilih? Atau lebih baik dipilihkan?
Mereka yang memilih menganggap dunia seakan berada dalam setiap kejadian yang ia buat sebagai hasil dari pilihannya. Rentetan kejadian merupakan konsekuensi-konsekuensi yang membawa anda ke dalam dunia parallel yang tidak bisa diulang. Mungkin ketika anda membuat pilihan A, maka akan ada A1, A2, A3, A4, ……dst. Siapa teman anda dan musuh anda, siapa yang ingin anda kenal dan anda abaikan, siapa yang akan hadir dan tidak akan hadir dalam hidup ditentukan oleh kepintaran yang dimiliki akal budi. Kondisi ini dapat menguntungkan anda, mengapa? Karena anda dapat menentukan pilihan yang terbaik untuk hidup anda, sekaligus bertanggung jawab sendiri kalau anda salah memilih. Anda jadi tidak bisa menyalahkan siapa-siapa atas pilihan yang anda buat untuk menciptakan konsekuensi kejadian berikutnya. Semua sudah dipertimbangkan dan dikalkulasi oleh akal budi anda. Semua keputusan itu ada di tangan anda.
Di sisi lain, mereka yang menganggap dunia ini sebagai hasil dari pilihan yang dipilihkan untuk dirinya merasa bahwa sebenarnya tidak pernah ada pilihan. Mengapa? Karena dunia atau setiap rentetan kejadian seakan co-eksis dengan dirinya. Tidak ada dunia parallel, melainkan sebuah garis lurus yang diciptakan untuk dirinya. Tidak memungkinkan adanya drama atau cerita yang dibuat, karena pada dasarnya manusia dibuatkan cerita. Pemahaman ini hanya bisa diatasi dengan satu sikap menerima atau pasrah. Dunia bisa tampak lebih kejam atau lebih baik. Bisa timbul kedinamisan atau malah pemberontakan. Jadi anda diminta untuk tetap menjalani waktu tanpa kompromi.
Akan sangat egois bila kita menetapkan salah satu, sedangkan waktu meangkomodasi semuanya. Tidak ada dialektika karena tidak akan menghasilkan sintesis apa-apa, mungkin lebih tepat saya tidak mampu membuat sebuah sintesis yang tepat. Mari kita biarkan saja mereka berada bersama di tengah-tengah rentangan waktu yang ada. Saat itu anda harus menangis karena semua seakan terasa dipilihkan, tetapi pada saat yang sama anda memilihnya. Rentetan waktu bisa menjadi menjadi musuh sekaligus sahabat yang minta terus dimengerti. Kita bisa menjadi penulis dan yang diceritakan. Semua di dalam ke-sekaligus-an, tidak pernah benar-benar satu. Mereka bukan koin dengan dua sisi bertentangan yang menjadi satu dalam sebuah entitas koin, mereka melebur juga meng-adhesi masing-masing. Lalu kita bisa apa? Apakah akan menjadi pemaparan tanpa kesimpulan? Iya, waktu tidak mengijinkan kita untuk menyimpulkan apa-apa. Kita hanya harus melangkah dan belajar darinya untuk tetap melangkah. Ingat, anda boleh tidak belajar, sekaligus dipaksa untuk belajar.
Komentar
Posting Komentar